04 November 2009

Islam Itu Indah







Oleh: DR. Amir Faishol Fath


Ustadz Syamsi Ali berkata, “Untuk membangun kedamaian antara umat beragama tidak perlu pluralisme. Sebab Islam itu sendiri sudah damai. Orang-orang yang mengamalkan Islam pasti membawa kedamaian.” Dan memang benar, sebab tidak ada pemeluk agama manapun yang mau mengakui bahwa agamanya sama benarnya dengan agama lain. Masing-masing pasti akan mengaku bahwa apa yang ia yakini, itu paling benar. “Jadi bukan solusi membangun pluralisme dalam rangka membangun kedamaian.” Kata Ustad Syamsi lebih lanjut. “Melainkan berdasarkan pengalaman kita bisa membangun kedamaian dengan cara saling menghormati, dan saling berbuat baik, sebagaimana Islam sendiri mengajarkannya.”

Di New York Ustadz Syamsi telah berhasil membuktikan itu. Ia termasuk tujuh dari tokoh agama yang berpengaruh di Amerika. Ia mengatakan, “Bahwa hanya dengan menunjukkan keindahan Islam yang benar, kita bisa hidup bersama dengan masyarakat agama lain. Bukan dengan mengubah ajaran yang sudah ada.”

“Di Amerika,” ceritanya lebih lanjut, “Kita telah melakukan itu. Dalam pemilihan wali kota misalnya, kami umat Islam mendukung seorang calon yang kami anggap adil, sekalipun ia dari agama lain. Dan ternyata dengan cara itu kita semua bisa hidup berdampingan saling menghargai. Pada acara Ramadhan seringkali wali kota mengundang tokoh-tokoh agama Islam untuk acara ifthar di kantornya.”

“Jadi tidak usah dibuat-buat dalam menampilkan Islam,” lanjutnya. “Tampilkan Islam apa adanya secara benar.”

“Lalu pandangan Anda tentang gagasan pluralisme?” tanyaku.

“Justru dengan gagasan tersebut ekstrimisme muncul,” jawabnya. “Coba lihat, bagaimana reaksi umat Islam terhadap gagasan tersebut. Banyak orang-orang Islam yang tadinya tenang menjadi marah. Dari kemarahan tersebut tidak mustahil akan lahir tindakan-tindakan yang tidak terkendalikan. Coba tidak ada gagasan tersebut, umat Islam akan tenang.”

“Di Amerika sendiri bagaimana gagasan tersebut?” tanyaku lebih lanjut.

“Itu hanya gagasan yang menyebar di kalangan akademisi saja. Di tataran sosial gagasan tersebut tidak laku. Masyarakat tidak membutuhkan itu. Masyarakat membutuhkan kerja nyata.”

Memang kini sudah saatnya umat Islam menampilkan Islam yang santun dan jujur. Bukan Islam yang garang dan penuh permusuhan. Islam, Allah turunkan untuk membangun kedamaian. Rasulullah saw. selalu mencontohkan itu. Banyak kisah-kisah yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw. selalu membantu orang lain sekalipun ia beragama Yahudi. Dan bahkan Rasulullah biasa melakukan transaksi dengan mereka. Umar bin Khaththab pernah menghukum Amru bin Ash salah seorang gubernurnya, karena bertindak tidak adil terhadap salah seorang rakyatnya. Padahal orang tersebut orang Yahudi.

Dalam Al-Qur’an sendiri Allah swt. masih menggunakan istilah yang halus (ahlul Kitab) untuk kaum Yahudi dan Nasrani. Padahal Allah swt. tahu bahwa mereka telah mengubah ajaran yang asli. Bahkan Allah swt. masih membolehkan kita memakan hewan sembelihan mereka dan kaum muslimin yang lelaki dibolehkan menikahi wanita mereka. Ini suatu indikasi bahwa seorang muslim hendaknya selalu menyikapi mereka dengan penuh kedamaian bukan dengan menganggap mereka sebagai musuh.

Pernah suatu hari Umar bin Khaththab berhenti di depan sebuah gereja. Lalu ia minta agar rahib’aamilatun nasibah tashlaa naran hamiya. Maksudnya, kasihan sang rahib ini, ia capek-capek di dunia, tetapi kelak ia akan dibakar dalam neraka.” Perhatikan bagaimana Umar memandang non-muslim dengan rasa penuh cinta dan kasih bukan dengan permusuhan. yang ada dalam gereja tersebut keluar menemuinya. Begitu bertemu, Umar memandang wajah sang rahib dengan penuh kasih sayang. Tiba-tiba air mata menetes membasahi pelipis Umar. Sahabat yang menemani Umar bertanya, apa gerangan yang terjadi pada Umar? Umar menjawab, “Ketika aku melihat wajah rahib ini, aku teringat ayat ’aamilatun nasibah tashlaa naran hamiya.

Maksudnya, kasihan sang rahib ini, ia capek-capek di dunia, tetapi kelak ia akan dibakar dalam neraka.” Perhatikan bagaimana Umar memandang non-muslim dengan rasa penuh cinta dan kasih bukan dengan permusuhan.

Demikianlah sebenarnya ajaran Islam. Jangankan memperlakukan manusia, kepada binatang pun Islam mengajarkan agar kita selalu berbuat baik. Rasulullah saw. mengajarkan agar kita di saat menyembelih binatang selalu mempertajam pisau supaya binatang sembelihan tersebut tidak tersiksa.

Dalam hadits yang lain diceritakan bahwa seorang wanita ahli ibadah dimasukkan ke dalam neraka karena hanya mengikat seekor kucing sampai mati. Hadist lainnya menyebutkan bahwa seorang laki-laki pendosa diampuni oleh Allah swt. dosa-dosanya karena memberikan minum kepada seekor anjing yang sedang menjulurkan lidahnya kehausan.

Perhatikan, betapa Islam benar-benar indah. Islam sangat menghargai kemanusiaan dan bahkan mengajarkan kasih sayang kepada binatang. Wallahu a’lam bish shawab.

Sumber:
Dakwatuna

0 comments:

Post a Comment